Kamis, Maret 27, 2014

Cernak - Mobil Mainan



Mobil Mainan

Siang ini Ali mendapat giliran untuk menemani Ibu berbelanja di Supermarket. Membeli sayuran untuk makan malam nanti.
“Bu, untuk apa sih kita membeli sayur, aku kan tidak suka makan sayur?”
“Sayur kan sehat, Sayang,” kata Ibu.
Ali manyun. Usahanya untuk membuat Ibu batal membeli sayur, gagal. Dan yang paling menyebalkan lagi, Ibu membeli brokoli, sayur yang paling tidak disukai Ali. Bentuknya aneh, warnanya hijau dan rasanya pahit. Ali tidak suka.
“Ali, ayo, kita sudah selesai..” panggil Ibu di meja kasir.
Ali sibuk dengan mainannya, mobil-mobilan yang dibelikan Ayah dari hasil merajuk kemarin. Ali berjalan malas menghampiri Ibu. Tiba-tiba Ali menjadi sangat bersemangat saat melewati deretan mainan. Pandangannya tertuju pada sebuah benda berwarna merah. Mobil mainan yang sudah lama Ali inginkan.
“Bu, Ali mau mobilan itu,” pinta Ali sambil menarik baju Ibunya.
“Kamu kan sudah punya banyak mobilan, Ali,” jawab Ibu.
“Tapi yang itu belum, Bu,” bujuk Ali pada Ibunya, tapi tampaknya tidak berhasil.
“Tidak, Ali,” bibir Ali manyun lima senti.
Disaat Ibu sedang sibuk membayar belanjaan, Ali kembali ke tempat mainan tadi. Pandangan matanya mengamati sekitar. Aman. Secara sembunyi-sembunyi, Ali memasukkan mobilan yang dibungkus plastik putih itu ke dalam saku celananya. Ali mencuri mobil mainan itu.
ZZZ
“Itu mainan siapa, Ali? Rasanya kamu tidak punya mobil mainan seperti itu.” Tanya Ibu saat Ali sedang asyik memainkan mobil mainan yang dia curi tadi siang.
“Mmm.. Mobil mainan Indra, Bu,” Ibu mengangguk dan membulatkan bibirnya.
Ali menghela napas lega setelah Ibu berlalu dari kamarnya. Ali berbohong.
ZZZ
“Tante, Ali ada?” sapa Indra, teman sepermainan Ali sekaligus tetangga samping rumahnya.
“Ada, Indra mau ambil mobil-mobilan yang dipinjam Ali ya?” jawab Ibu Ali.
“Mobil?” Indra bingung dengan pertanyaan Ibu Ali.
Seingatnya dia tidak pernah meminjamkan mobil mainannya pada Ali. Lagi pula, mobil mainan Ali lebih banyak dibanding mobil mainan miliknya.
“Ali tidak pernah meminjam mobil mainan Indra, Tante,” lanjutnya menjelaskan.
“Loh, Ali bilang mobil merah itu dia pinjam dari Indra,”
Ibu beranjak menghampiri Ali di kamarnya, masih asyik dengan mobil mainan barunya, Indra mengikuti di belakang Ibu.
“Ali..” ucap Ibu lembut.
“Iya, Bu.” Ali bangun dari tidur santainya.
“Ibu mau tanya, mobil itu milik siapa?” Ibu menunjuk mobil merah di genggaman Ali.
“Mobil mainan Indra, Bu, kan Ali sudah bilang tadi,”
“Tapi Indra bilang itu bukan mobil mainannya,”
Tiba-tiba Indra muncul di daun pintu, Ali kaget, kebohongannya akan terbongkar jika ada Indra. Dan orang tuanya juga akan marah besar jika mengetahui anaknya telah berbohong dan mencuri.
“Emm..” Ali terdiam, tidak tahu harus menjawab pertanyaan Ibu dengan kebohongan apa lagi.
“Ali..” Ibu membelai kepala Ali penuh cinta.
“Coba jawab yang jujur, jawab dengan ini,” Ibu menunjuk dada Ali, “Anak Ibu bukan pembohong kan?” Ali menggeleng.
“Ali..” kata-katanya terputus, “Ali mengambilnya dari pasar kemarin, Bu,” Ali tertunduk dalam, menyesali perbuatannya.
“Baik, besok kita kembalikan mobil mainan ini ke pasar, ya, dan Ali harus janji tidak akan mengulangi perbuatan ini lagi.” Ali mengangguk lalu memeluk Ibunya erat.
“Ali minta maaf, Bu..”
ZZZ
Pesan: Jika kita menginginkan sesuatu, cara mendapatkannya harus dengan hasil usaha sendiri. Tidak dengan cara mengambil milik orang lain, apalagi sampai berbohong untuk memilikinya. Jujur itu lebih baik dan menenangkan walau kadang terasa pahit.


(Terbit dalam Buku Antologi Bersama "Cerita Anak Penuh Warna" Penerbit Meta Kata)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar